Oleh:

Jessica Dima Fifatrianing Margantari
Supervisor Quality Control | Relawan Pengajar
Rombel 10: SDN Mekarjaya 1 | Kec. Rawamerta Kab. Karawang
11 April 2016


"Mendidik adalah tugas setiap orang terdidik." - Anies Baswedan

Kelas Inspirasi Karawang merupakan Kelas Inspirasi yang pertama kali saya ikuti. Sudah sejak tahun lalu saya berniat mengikuti Kelas Inspirasi, hanya saja terkendala ijin cuti dari atasan yang agak susah. Beruntungnya di Kelas Inspirasi Karawang kali ini jalan saya serasa dimudahkan oleh Tuhan, termasuk mendapat ijin cuti dari atasan. Nama saya Jessica Dima, biasa dipanggil Dima. Sehari-hari saya berprofesi sebagai Supervisor Quality Control di sebuah perusahaan makanan di Karawang. Kehidupan saya jelas jauh dari kata “mengajar”, meski pernah beberapa tahun lalu saat masih kuliah saya menjalani program mengajar di beberapa SD di Jepara saat menjalani Kuliah Kerja Nyata. Ada perasaan ragu pada diri sendiri ketika dinyatakan lolos untuk menjadi relawan pengajar di Kelas Inspirasi Karawang. Tapi saya sudah bulatkan tekad untuk tetap mengikuti Kelas Inspirasi Karawang. Selain untuk mendapatkan pengalaman, saya juga ingin kembali belajar dari dunia anak-anak.

Namanya saja Kelas Inspirasi. Sudah selayaknya para relawan mampu menjadi insiprator bagi anak-anak. Kebetulan saya berada di Rombel 10 yang mendapat jatah mengajar di SDN Mekarjaya 1, Rawamerta. Saya senang bisa bercerita tentang profesi saya pada anak-anak, bagaimana lingkup kerja seorang supervisor QC. Sangat menyenangkan melihat antusias anak-anak tiap saya mengadakan games yang berhubungan dengan pekerjaan saya. Setelah mengikuti Kelas Inspirasi, ada satu benang merah yang saya tarik untuk diri sendiri. Mungkin benar saya telah menginspirasi anak-anak, namun ternyata ada sesuatu yang lebih dalam daripada itu. Saya merasa anak-anak lah yang menginspirasi kembali makna hidup saya selama ini. Berikut beberapa hal yang saya pelajari dari anak-anak sepanjang Kelas Inspirasi kemarin:


1. Anak-anak Mengajarkan Saya Bangga dan Bersyukur akan Profesi yang Saya Jalani

Setiap hari Senin hingga Jumat saya hampir selalu menjalani siklus harian yang kadang membosankan. Bangun pagi pukul 05.00, berangkat kerja pukul 06.00, pulang kerja kadang hingga larut malam. Ada masa di mana saya mengalami titik jenuh dan lelah luar biasa pada pekerjaan saya. Pun saat mengikuti Kelas Inspirasi sesungguhnya saya sedang dalam kondisi agak bosan dengan pekerjaan yang dirasa makin berat. 

Suasana pagi di depan SMKN 1 Karawang

Saya bangun lebih pagi di hari inspirasi, bahkan saya berangkat jauh lebih pagi yaitu pukul 05.15. Langit saja masih gelap, angkot hanya sesekali lewat. Tepat pukul 05.30 saya sampai di meeting point kelompok Rombel 10, yaitu di SMK 1 Karawang. Rasa kantuk yang saya bawa dari kost rasanya langsung hilang saat melihat anak-anak antusias mendengar cerita profesi QC. Beberapa bahkan bilang bahwa betapa beruntungnya saya bisa makan makanan enak setiap hari di pabrik. Dari mereka saya kembali disadarkan bahwa seberat-beratnya pekerjaan saya akhir-akhir ini, tak layak bagi saya untuk sekadar mengeluh pada Tuhan. Sudah sewajarnya saya bersyukur karena setidaknya masih diberi pekerjaan. Ya, anak-anak berhasil membuat saya bangga akan profesi saya saat ini. 


2. Anak-anak Mengajarkan Saya Bagaimana Hidup yang Benar dengan Sesama

Saya mendapat pengalaman mengharukan saat mengajar di kelas II. Jumlah siswanya hanya 11 orang. Tak begitu sulit buat saya bisa berkomunikasi dengan mereka karena sebagian besar dari mereka sangat penurut. Di sesi pohon cita-cita, setiap anak wajib menuliskan nama dan cita-cita mereka di selembar daun yang sudah saya bagikan sebelumnya. Anak-anak bersemangat menulis cita-cita mereka, sambil memamerkannya pada temannya. Saat itu saya temui seorang anak perempuan duduk di depan dan raut mukanya terlihat begitu kesusahan. Saya dekati anak tersebut dan ternyata dia belum lancar menulis. Nama anak itu adalah Nabila. Dia kesulitan menulis namanya sendiri. Saat saya mencoba membantu mengeja namanya, teman-temannya datang padanya dan membantu Nabila. “Tulis nama kamu, Bila. N-a.. Na.. B-i.. Bi.. L-a.. La. NABILA,” seru teman-teman Nabila. Nabila pun dengan patuh mengikuti instruksi teman-temannya. “Terus tulis cita-cita kamu. P-o.. Po.. L-i.. Li.. S-i.. Si. POLISI,” lanjut teman-teman Nabila. Tuntas sudah tugas Nabila menulis cita-citanya dengan bantuan teman-teman sekelasnya.

Anak-anak kelas 2 SD Mekarjaya 1
Saya melihat bahwa terkadang anak-anak bisa jauh lebih dewasa daripada kita. Teman-teman Nabila dengan sukarela membantu Nabila tanpa saya minta. Mungkin mereka semua paham Nabila memiliki keterbatasan pada mengeja dan menulis. Hal itu tak membuat teman-temannya mengejek atau menjauhi Nabila, melainkan merangkul dan membantunya. Saya jadi teringat akan beberapa pertengakaran kecil yang sering muncul di kantor saya antara produksi, QC, maupun teknik. Mungkin saya dan rekan-rekan kerja saya patut belajar dari anak-anak ini, belajar hidup saling membantu dan berhenti saling menyalahkan dengan sesama. 


3. Anak-anak Mengajarkan Saya Betapa Unik dan Sederhana Mimpi Itu

Setiap anak di SDN Mekarjaya 1 ternyata sudah memiliki cita-cita yang mereka idamkan. Banyak cita-cita universal seperti dokter, insinyur, pemain bola, atau polisi. Saya menemukan ada tiga cita-cita unik yang jarang dimiliki anak-anak lain. Pertama adalah seorang anak laki-laki di kelas III yang bercita-cita menjadi wartawan. Ketika saya tanya mengapa ingin jadi wartawan, dia hanya bilang biar bisa memberikan informasi dan berita untuk semua rakyat Indonesia. Kedua adalah dua anak laki-laki di kelas II yang ingin menjadi dalang. Bagi saya cita-cita ini agak unik karena tak semua anak terpikirkan untuk menjadi dalang. Ketiga adalah beberapa anak laki-laki yang ingin jadi petani. Alasan mereka sederhana, supaya bisa menghasilkan beras biar orang-orang Indonesia tidak ada yang kelaparan. 

Anak kelas 3 yang ingin menjadi wartawan

Saya rasa anak-anak SD tadi begitu luar biasa ketika memiliki mimpi untuk tujuan mulia. Anak-anak mengajarkan saya bahwa mimpi itu tidaklah harus rumit dan muluk, dan bagaimana mimpi itu juga bisa memberi manfaat buat orang lain. Mereka menyadarkan saya untuk tak pernah berhenti berjuang dan kembali berani bermimpi lagi, sekalipun hanya mimpi yang sederhana.

4. Anak-anak Mengajarkan Saya untuk Selalu Ceria

Relawan pengajar saat flashmob 
Anak-anak SD memang selalu ceria dan tak lepas dari senyum. Kegiatan apa pun mampu mereka ubah menjadi keceriaan. Sebelumnya saya tak pernah menari dan bernyanyi di depan orang-orang, namun bersama mereka saya merasakan bahwa menyanyi dan menari menjadi hal yang begitu menyenangkan. Terlebih saat di acara pembukaan dan penutupan diadakan flash mob, saya merasa ikut-ikutan antusias menari bersama anak-anak. Ya, dari anak-anak saya kembali diingatkan bahwa bahagia itu sederhana. Bahagia itu kita yang menciptakannya sendiri.


5. Anak-anak Mengajarkan Saya Percaya Bahwa Setiap Orang Dewasa Mampu Menjadi Guru yang Baik

Seluruh relawan bersama anak-anak SD Mekarjaya 1 
Jika awalnya saya ragu untuk mengajar anak-anak, setelah mengikuti Kelas Inspirasi ini saya yakin bahwa modal paling dasar dalam mengajar adalah niat dan ketulusan. Anak-anak tidak serumit orang dewasa, mereka lebih mudah menangkap informasi dan hal baru. Mereka antusias pada hal baru dan memiliki keinginan untuk maju. Tugas mengajar bukanlah hanya tugas seorang guru. Sudah selayaknya kita yang telah terdidik sejak kecil juga mampu mengajar dan mendidik anak-anak. Saya percaya juga bahwa setiap orang diberi talenta oleh Tuhan untuk mampu menjadi guru bagi anak-anak. 

Akhirnya setelah berakhirnya Kelas Inspirasi Karawang ini, saya merasa jauh lebih baik dari sebelumnya. Saya belajar banyak hal dari kegiatan ini. Saya juga teringat kutipan dari Pak Anies Baswedan : Mendidik adalah tugas setiap orang terdidik.