Oleh:

Sri Widiyawati
Staff PPIC | Relawan Pengajar
Rombel 3: SDN Wanakerta 3 | Kec. Teluk Jambe Barat Kab. Karawang
11 April 2016




Saya memiliki latar pendidikan Peternakan di Universitas Diponegoro, Semarang. Namun saya adalah putra/i daerah. Ini adalah pengalaman pertama saya mengajar. Dengan profesi saya saat ini sebagai staff PPIC di salah satu perusahaan peternakan terbesar di Indonesia, kebingungan melanda hati dan pikiran saya. Bingung dengan apa yang nantinya akan saya jelaskan di hadapan anak-anak. Apakah saya akan bilang "saya sebagai PPIC" atau "saya sebagai peternak". Dan akhirnya saya memutuskan "saya sebagai PPIC yang membantu peternak untuk mendapatkan bibit ayam yang akan dipelihara".

Hari Sabtu, 9 April 2016.

Setelah Briefing Kelas Inspirasi, ini adalah kali pertama saya dan team melakukan survey ke sekolah. Kami bertugas di SDN Wanakerta 3, Teluk Jambe Barat. Awalnya saya dan team mengira letak sekolah dekat dengan jalan besar, namun ternyata kami berbelok ke jalan desa yang hanya bisa dilalui 1 mobil. Bisa saja dilewati 2 mobil tapi itupun harus mepet ke bahu jalan yang bersinggungan dengan sawah. Bersyukur jalan yang kami lewati dalam kondisi baik. Saat di tengah perjalan, kendaraan di depan kami berhenti. Agak aneh karena kami yang di kendaraan belakang merasa tidak ada kendaraan lain dari arah berlawanan. Setelah saya perhatikan, ternyata kendaraan di depan berhenti karena ada bebek yang melintas dengan anggun. :D

Sampai di sekolah, kami disambut oleh salah satu guru yang membantu kami untuk memasang backdrop. Singkat cerita, si Pak Guru ini saya beritahu bahwa besok saya akan menceritakan dunia peternakan kepada anak-anak. Namun, pemberitahuan ini berujung pada curhatan si Pak Guru tentang ayam-ayam warga yang mati mendadak namun bukan karena penyakit tetelo. Diagnosanya katanya flu burung. Mau tidak mau saya memberi tahu penangangan awal seperti pembakaran dan penguburan bangkai tersebut dan pelaporannya ke dinas terkait. Anggap saja saya sedikit memberi penyuluhan. Hehehe.

Hari Senin, 11 April 2016.
Hari Inspirasi!

Pagi ini kami berkumpul untuk berangkat ke SDN Wanakerta 3. Rencananya kami sampai di sekolah pukul 06.00, tapi apalah daya karena satu dan lain hal, kami sampai ke sekolah menjelang jam 07.00 dan upacara hampir akan dimulai. Mendekati sekolah, kendaraan kami beberapa kali berhenti karena berpapasan dengan kendaraan lain. Di waktu yang sudah mepet, kami gregetan karena tinggal beberapa meter masuk gerbang sekolah, kami terhadang mobil truck yang berhenti di depan gerbang. Setelah kami menunggu dengan penasaran, akhirnya wajah gregetan kami berubah takjub dan berakhir dengan tawa, karena ternyata si truck tersebut sedang mengantar seorang anak dengan seragam putih-putih untuk menyongsong cita-cita.

Upacara berjalan hikmat, kami diperkenalkan satu-satu, dan akhirnya masuk kelas. Kelas pertama yang saya masuki adalah kelas 1. Itu adalah cobaan besar bagi saya T_T
Saya masuk dan memperkenalkan diri, saya mulai menjelaskan pekerjaan dan tugas saya. Setelah panjang lebar dengan menampilkan poster telur, ayam hingga kandang, saya bertanya kepada anak-anak, "jadi tadi pekerjaan Ibu adalah..?", "PETERNAAAAAKKK!!!"
Saya hanya bisa tarik nafas panjang dan bilang, "Baiklah...."


Masuk ke sesi terakhir. Team kami menyiapkan surat cita-cita yang nantinya akan diserahkan kepada orangtua murid yang diharapkan bisa memotivasi anak untuk menggapai cita-cita dan di dukung oleh orang tua.

Di kelas 1 ini, hal pertama yang saya tanyakan adalah apakah mereka sudah bisa baca tulis, jawaban mereka kompak adalah "BISAAAAAAAAA". Saya jelaskan cara pengisiannya dan mereka pun terlihat paham. Saya bebaskan mereka menulis apapun yang mereka cita-citakan, sampai pada akhirnya ada anak yang dengan malu-malu bicara "Bu, bolehkah nama Bapak Ibu saya tidak ditulis?". Dengan kaget dan penasaran (tiba-tiba berpikir jangan-jangan anak ini tidak tau siapa ibu bapaknya,atau anak ini dari keluarga broken home) saya bertanya balik kepada anak tersebut, "kenapa ga mau nulis nama bapak ibunya?". Saya cukup lama menunggu anak ini menjawab, dan akhirnya dia bersuara "saya ga tau nama bapa sama mamah, biasanya manggil gitu aja bu, ga manggil nama!" Dan ternyataaaa, teman-temannya pun banyak yang tidak tahu nama ibu bapaknya. (Tarik nafas panjang sesi-2)
Dalam hati saya bergumam "Tak apa nak kamu lupa nama ibu bapakmu, nanti pulang sekolah kamu bisa tanya. Yang penting kalau kamu ditanya apa cita-citamu, kamu bisa menjawabnya dengan tegas dan percaya diri serta selalu yakin bahwa kamu BISA!"