Oleh:

Eka Ardhinie
Dosen & Penyiar | Relawan Pengajar
Rombel 14: SD Kalangsurya 1 | Kec. Rengasdengklok Kab. Karawang
11 April 2016




Mengajar bukanlah hal baru yang saya lakukan, saya sudah punya beberapa pengalaman mengajar, mulai menjadi guru privat, assisten lab teater, sampai akhirnya menjadi dosen di Universitas Gunadarma. Meski mengajar bukanlah kegiatan yang asing, tapi mengajar di Kelas Inspirasi ini adalah hal yang baru untuk saya, karena menghadapi anak-anak.

Hari Minggu (10/4) dari terminal Baranangsiang Bogor, saya naik Agramas jurusan Karawang dengan harapan agar keesokan harinya tidak terlambat menuju ke Rengasdengklok, tepatnya SDN Kalangsurya 1. Beruntung, saya ditampung oleh seorang dokter gigi yang satu rombongan belajar (rombel) dengan saya. Namanya Drg. Veronica Maulana. Beliau tinggal di kawasan Teluk Jambe Barat. 

Setelah tiba di kediaman Drg. Vero, satu persatu anggota rombel saya berdatangan. Ada Mba Dien (Fasilitator), Mas Novi (Fasilitator), Mba Fenita (Relawan pengajar dari Karawang), Mba Laras (Relawan pengaar dari Bekasi) juga Drg. Vero. PR kami adalah membuat pesawat kertas, dan membuat stiker bintang untuk ditulisi cita-cita setiap anak, ternyata tidak selesai 1 atau 2 jam. Cukup lama, dari jam 22.00 WIB hingga Jam 3 dini hari kami menyelesaikan PR itu. Saya, Drg. Vero dan Mba Fenita awalnya membuat pesawat kertas, lalu sudah setengah jalan saya membantu Mba Dien menggunting stiker bintang yang polanya sudah ia buat. Sementara Mas Novi dan Mba Laras mengurusi figura yang akan dipakai untuk menempeli stiker bintang.

Mata lelah, itu pasti. Capek, itu juga pasti. Diantara kantuk ada semangat untuk menyelesaikan seluruh lipatan pesawat dan stiker bintang, demi membuat senang anak-anak SDN Kalangsurya 1. Setelah selesai, Mas Novi, Mba Dien dan Mba Fenita pamit pulang, sementara saya dan Mba Laras tetap di rumah Drg. Vero.

Tak seperti biasa, tidur jelang subuh, tapi jam 5.00 kami sudah bangun dan bersiap-siap, karena jarak tempuh dari Teluk Jambe-Rengasdengklok sekitar 30-40 menitan. Belum lagi kami akan mengikuti Upacara Bendera. Walaupun tidak benar-benar tidur, tapi kami tetap semangat. Mas Novi, Mba Fenita, dan Mba Dien kembali lagi ke rumah Drg. Vero, karena pagi itu kami janjian berangkat bareng. Lalu di depan jalan keluar Teluk Jambe Barat, ada Mba Winny (Relawan Fotografer dari Cibitung) menunggu kami, baru setelah itu bertemu Pak Iwang (Relawan pengajar dari Bogor) dan Kang Dicky (Relawan Fotografer dari Karawang)

Kami melaju menuju sebuah kampung degan rute yang lumayan sempit dan melintasi pepadian. Kami disambut ramah dengan seluruh guru di SDN Kalangsurya 1. Kami mengikuti Upacara Bendera pagi itu. Hah! Setelah bertahun-tahun nggak upacara, seperti flashback ke masa-masa sekolah. Setelah upacara usai, bapak kepala sekolah, pak Ajang Rohita mempersilahkan kami memperkenalkan diri. Sesi perkenalan tidak begitu lama, karena kami langsung memperispkan untuk mengajar di kelas. 

Kelas pertamaku adalah kelas V. Aku terlalu takut mereka tak memperhatikanku atau tak menganggapku di kelas. Ah! Itu tak terbukti. Respon mereka baik, mungkin karena sudah beranjak menuju remaja. Apalagi aku mengajari mereka teknik berakting, belajar sedikit olah vocal dan olah suara, dan bagaimana menjadi reporter dan penyiar radio. Mereka sangat antusias mengikuti kelasku dengan diselingi tawa polos dan ceria mereka. Melihat senyum lebar mereka aku bahagia, aku bahagia berada disini, bahagia bersama mereka. Mereka manis, lucu dan nyunda abis. 

“Embung ah, ulah urang atuh, Bu.”

“Monday, Tuesday, Wednesday, teu nyaho deui, Bu.”

“Poho deui, Bu.”

“Ulah saya atuh, Bu.”

“Si eta we bu anu kadepan.”

Ah, banyak celotehan mereka. Akupun terbawa-bawa sunda, membalas tanya mereka. 

Kutanyakan satu-satu cita-cita yang mereka tuliskan pada stiker bintang cita-cita. Kudengar mereka menyebutkan berbagai profesi terhormat: guru, dokter, polisi, tentara, ada juga yang ingin menjadi pengusaha, pemain sepak bola dan profesor. Aku kaget mendengar cita-cita terakhir itu. Dari sini, dari kampung ini, dari SD dengan fasilitas sederhana ini ada yang ingin jadi profesor?

Semua orang pernah berjuang untuk hidup. Pernah merasa susah-senang membangun mimpi, tapi tidak banyak yang mau membagi kisah. Bagaimana tetap kuat, bagaimana tetap bertahan dalam perjalanan yang berat. Saya yakin, hati-lah yang menggerakan teman-teman relawan ikut andil dalam Kelas Inspirasi. Hati teman-teman relawan yang ingin menyemangati anak-anak generasi penerus bangsa untuk menggapai cita. 

Saya melihat the real inspirator hari itu, relawan-relawan hebat dengan berbagai profesi. Punya kepedulian pada anak bangsa. Tanpa bayaran. Luar biasa mulianya. Luar biasa salutnya. Kelas Inspirasi ini mengajarkan kita berbagi, membagi hal yang wujudnya tak terlihat, bukan barang atau benda, tapi membagi ilmu dan pengalaman yang kita punya. Kelas Inspirasi ini adalah inspirasi yang berkelas, dengan anak-anak yang hebat, dengan seluruh relawan yang hebat.




Dan Kelas Inspirasi di SDN Kalangsurya 1, Rengasdengklok kami tutup dengan penempelan bintang cita-cita dan penerbangan pesawat kertas. Semoga mimpi, cita-cita dan harapan kalian tercapai. ^^