Oleh:

Arip Hidayat
Manager - Perusahaan Kerupuk Raja Gurih Relawan Pengajar
Rombel 7: SDN Muarabaru 1 | Kec. Cilamaya Wetan Kab. Karawang
20 Februari 2017





Aku Arip Hidayat, berdomisili di Karawang. Aku berkesempatan untuk menjadi relawan pengajar Kelas Inspirasi Karawang #2 di SDN Muarabaru 1, Cilamaya Wetan, Karawang. Biasanya relawan pengajar harus memiliki pengalaman bekerja 2 tahun. Aku cuma nothing to lose aja daftar. Eh terpilih dan kemarin Senin, 20 Februari 2017, I did it.

Berbekal pengalaman hidup yang sudah melewati berbagai fase, ceileh, dari orang tua yang bangkrut, miskin, urban, tinggal di pinggir tanggul, rumah bilik, putus skolah, kuliah, hingga bisa jalan-jalan ke luar negri dan sedang mengurus untuk melanjutkan study di luar negri dengan biaya sendiri.

Aku ingin memberikan semangat bahwa semua orang itu memiliki kesempatan yang sama. Keadilan Allah itu nyata. semua orang itu pintar pada bidangnya masing-masing. Kita harus mencarinya lewat belajar banyak hal. Itu yang lebih aku tekankan.

Aku mendaftar dengan background sebagai seorang manager, orang tuaku memiliki usaha sendiri. Sebenarnya bisa dikatakan sebagai all rounder. Setelah lulus kuliah aku memiliki kesempatan bekerja di luar negeri sebagai tukang cuci piring dan pembuat sushi selama satu tahun.

Pagi hari aku mengajar, murid kelas satu dan dua digabungkan dalam satu kelas. Murid-murid tidak begitu merepotkan seperti yang kubayangkan seblumnya. Mereka mendengarkan dengan seksama. Hanya beberapa anak saja yang kadang masih agresif. Tentu saja aku harus mnjelaskan pekerjaanku dengan penuh kegembiraan dan mudah dipahami. Aku membawa Ipad untuk menunjukan apa itu Sushi serta sebuah buku untuk menunjukan bahwa membaca buku itu penting dan bisa membawa pngaruh besar. 

Murid kelas lima lebih rapi dan tenang, 30 menit mereka terus melihatku dengan penuh antusias. Akupun mengimprovisasi materiku dengan banyak nasihat-nasihat baik. Sesekali mereka tertawa melihat tingkahku yang begitu atraktif ketika mengajar. Nampaknya mereka sudah bisa mencerna dengan cukup baik.

Setelah istirahat aku mengajar di kelas empat. Jumlah muridnya jauh lebih banyak dari kelas lainnya. Aku membolehkan mereka menghabiskan jajananya sambil mendengarkan. Sebagian anak tak menyangka kalau aku pernah bekerja sebagai tukang cuci piring dan mereka tertawa. Dengan suara lantang anak-anak mau mendengarkan semua kisah hidupku. Aku sendiri tidak belajar membuat ice breaking. Jadi mengajar selama 30 menit, sepenuhnya tentang ceritaku. 

Aku melihat ada murid yang bajunya sudah sangat kuning. Aku pun bercerita bahwa saat SD kondisiku juga seperti itu, bahkan sering kali aku harus menjahit celanaku yang robek dibagian tengahnya. 

Kelas enam dengan jumlah murid delapan siswa menjadi kelas terakhir. Ada satu murid yang tidak bisa melanjutkan sekolahnya. Aku memotivasinya bahwa orang tuaku juga putus sekolah, tapi mereka bekerja keras dan akhirnya bisa memiliki usaha sndiri

Aku juga berbagi kehidupan masa kecilku yang begitu menyenangkan, membuatku selalu bahagia dan tak kehabisan ide. Aku jelaskan bahwa sebagai anak harus ceria dan kembangkan apa saja. Saat kecil aku seringkali terlibat dalam pertunjukan seni apabila ada perayaan untuk perpisahaan kelas enam. Aku tunjukan bagaimana aku bisa menari jaipongan, menyanyi dengan suara seadanya, dan apapun. Karna rezeki itu bisa datang dari mana saja. Belajar skill tidak ada ruginya, itu juga yang ingin aku tekankan. Setelah dewasa pun aku tetap melatih kemampuan lainya, seperti; menulis, berbicara, ataupun mengajar seperti sekarang yang sedang dilakukan.

Tak lupa bahwa setiap orang itu pintar. Karena banyak ladang garam, aku memberi contoh petani garam itu pintarnya adalah membuat garam. Petani padi pintar menanam padi. Sesekali aku juga membandingkan guru dengan petani. Guru pintar mengajar, tapi belum tentu pintar bertani, sedangkan petani belum tentu pintar seperti guru tapi mereka pintar bercocok tanam.

Aku memulai kelas dengan menyapa anak menggunakan bahasa inggris. Memberi tahu mereka bahwa belajar bahasa juga penting. Aku menceritakan bagaimana bekerja di Australia, memiliki banyak teman dari berbagai negara. Hal itu membuatku juga belajar bahasa asing. Anak-anak tertawa ketika aku ngomong menggunakan berbagai bahasa. Bahkan aku bilang kalau ngomong dengan bahasa inggris itu mulutnya harus lebay.

Aku juga selalu menjelaskan tentang arti kerja keras dalam bidang apapun. Jangan berkecil hati memiliki impian biasa aja. “Orang tuaku dari tukang kerupuk sampai bisa punya pabrik sendiri, bisa beli mobil dan tanah di mana-mana. Banyak juga yang jadi bos tahu, bos tempe, bos garam, petani. Mereka juga bisa hebat-hebat dengan profesinya.” Aku memberi contoh profesi yang dianggap tidak keren itu ternyata juga memiliki potensi hebat. Agar mereka juga tidak menganggap remeh.

Aku bahagia karena ternyata banyak sekali anak muda yang mengikuti kegiatan Kelas Inspirasi seperti ini. Bukan hanya ada di Karawang, tapi di kota lain dan sudah dilakukan berulang kali.

Aku hanya sebagian kecil yang mencoba menyebarkan spirit atau semangat. Bahwa siapa pun memiliki kesempatan yang sama. intinya kerja keras. 


Inilah aku yang tak pintar-pintar amat tapi memiliki semangat besar untuk maju dan open minded. Sehingga membuatku harus bekerja keras untuk meraihnya. Tak lupa juga mengingatkan bahwa segala hal yang kita anggap sebagai suatu keterbatasan atau keburukan, justru bisa mendorong kita untuk maju dan itu cara Allah membentuk kita. Jadi harus terus bersyukur meski terlahir dalam kondisi apapun.

Selain itu keuntungan mengikuti kegiatan Kelas Inspirasi adalah mengenal banyak orang. Kita bekerja dengan team yang anggotanya beragam dan belum sangat mengenal satu sama lain. Ini kesempatan bagus untuk menambah jejaring pertemanan. Bisa juga mendapatkan inspirasi dari profesi rekan satu team itu.

Ternyata siapa pun bisa menjadi guru. Aku pernah mendengar, “sekecil apapun kebaikan itu harus disebarkan, karna pasti ada saja orang yang membutuhkanya.”

Terima kasih rekan-rekan dari Rombel 7 dan seluruh relawan Kelas Inspirasi Karawang #2. Semoga kelak aku bisa mengikuti Kelas Inspirasi di kota-kota lain.

Credit for my team: Arip, Ichsan, Hana, Putri, Chintia, Yayuk, Inri, Rani, Firdaus, Anang dan Rahmat
Foto bersama seluruh relawan SDN Muarabaru 1, Cilamaya Wetan
Dokumentasi: Fotografer KI Karawang #2

Foto bersama seluruh relawan, guru dan siswa-siswi SDN Muarabaru 1, Cilamaya Wetan
Dokumentasi: Fotografer KI Karawang #2